Kamis, 20 Desember 2012

Mengapa Terjadi Masalah Keluarga?

Sejak jaman Nabi Adam a.s pun telah ada masalah keluarga. Kalau saya tidak salah ingat, diriwayatkan bahwa terjadi perselisihan diantara putra Nabi Adam. Dan permasalahannya bahkan sampai meruncing hingga menjadi kasus pembunuhan paling pertama yang terjadi di muka bumi.

Mengapa terjadi masalah keluarga

Melihat kenyataan yang tergambar dalam riwayat tadi, membuat saya sering menyimpulkan sendiri.
Dari awal sejarah manusia hidup di bumi, sebenarnya  Allah S.W.T telah memberikan sebuah petunjuk. Bahwasannya manusia adalah mahkluk yang akan selalu menjadi biang masalah. Dari mulai sejak lahir, kita ini sudah penyuguh masalah bagi orang tua kita - keluarga kita. Ya walaupun mungkin disisi lain, kita saat masih bayi juga menjadi icon hiburan untuk keluarga. Nah ini adalah sebuah hal yang paling mendasar yang penting untuk diingat kembali. 

Apakah bagi anda terdengar klise?

Klise atau bukan, kenyataan tersebut tidak mungkin disangkal juga kan? Jadi sebelum kita mulai menghitung hitung - "ini salah si A - ini si B yang mulai lebih dulu - ih, masalah keluarga ini disebabkan oleh si C yang egois" dan seterusnya. Maka tidak ada salahnya jika sekarang melalui tulisan ini, saya mencoba untuk mengajak anda menyadari dan mengingat lagi. Sebuah sifat yang paling mendasar. Bahwa manusia itu dikodratkan sebagai pembuat masalah. Mau sekecil apapun masalah yang ditimbulkan, tetap saja sebuah masalah kan? Misalnya saja tidak sengaja menumpahkan air. Itu juga masalah lho. 

Nah jika kemudian ada pertanyaan, mengapa terjadi masalah dalam keluarga? Ya petunjuk awalnya sederhana saja. Mungkin karena keluarga itu beranggotakan manusia. Seandainya beranggotakan para malaikat, mungkin akan beda ceritanya. Bukankah malaikat diciptakan tanpa nafsu?

Manusia adalah biang masalah.

Ini jelas sekali. Dan tidak bisa dipungkiri. Jangan... Saya tegaskan sekali lagi, jangan... Sekali kali kita berpikir bahwa, kita adalah pihak yang benar - dalam setiap konflik dan perselisihan yang terjadi. Apapun itu. Berselisih dengan saudara, berselisih dengan orang tua, dengan ipar atau keluarga lainnya dan seterusnya. Kenapa?

Begini. Boleh saja kita berpikir kita adalah pihak yang benar. Namun dalam kebenaran menurut pikiran kita itu. Bisa saja terdapat sebuah kelemahan tersendiri yang tidak disadari. Dan kelemahan tersebut telah mengusik ketenangan pikiran atau hati orang lain. Mungkin anda bertanya tanya, kelemahan seperti apa yang dimaksudkan? Oke, teruskan membaca.

Bisa saja, anda merasa tidak pernah mengganggu orang lain. Mungkin anda pendiam. Mungkin anda seorang yang sopan dan santun. Mungkin anda seorang yang murah senyum. Dan lain sebagainya hal hal yang menurut anda adalah baik. 

Tapi dari sudut pandang orang lain, justru hal hal yang terlihat baik itulah yang mengganggu mereka. Apa mungkin seperti itu?

Anda kan tidak tau kondisi sebenarnya tentang orang lain. Misalnya saja adik ipar anda. Bagaimana pergaulannya, bagaimana perkerjaanya, bagaimana cara dia mencapai sukses, apa bacaan yang digemarinya, apa hobinya, bagaimana perspektifnya tentang sukses, dan seterusnya. Singkatnya, anda tidak mengenalnya sebegitu baik. Tidak semua hal tentang adik ipar anda - anda pahami seluk beluk detilnya. 

Artinya apa? Ada satu atau dua celah yang terlewat dari perhatian anda. Dan mungkin itulah yang tidak singkron dengan kebaikan anda. Ingat ya, "baik" itu juga relatif lho. Menurut anda baik, belum tentu begitu menurut orang disekelilig anda. Dan itulah kelemahan yang saya maksudkan tadi. 

Mungkin anda seorang yang sopan dan santun. Tapi ternyata sopan dan santun saja tidak cukup. Misalnya lemah dalam kemampuan menahan diri. Nah lo... Pernahkah terpikir sampai kesana. 

Menahan diri banyak sekali contohnya. Dua diantaranya, menahan diri dalam kegemaran memberi, kemudian lainnya misalkan saja menahan diri untuk tidak mudah mengajukan pendapat. Sebab bisa jadi anda yang begitu mudah memberi atau mentraktir - tanpa disadari itulah kelemahan anda dimata orang lain. Lalu contoh menahan diri yang kedua - bisa saja bagi adik ipar anda, mudahnya anda ikutan angkat bicara dalam setiap obrolan keluarga, itu menjadi catatan tersendiri bagi adik ipar anda. Padahal mungkin itu hal yang baik menurut anda.

Wah, kok serumit itu. Ya memang rumit. Dan itulah mengapa tadi saya tegaskan. Jangan sekali kali beranggapan bahwa dalam setiap konflik yang terjadi, anda berpikir anda adalah pihak yang benar. Benar menurut anda, belum tentu bagi ukuran atau parameter orang lain juga "benar". 

Kita manusia ini hanyalah MANUSIA saja. Bukan super manusia, bukan mighty manusia dan lain lain. Setiap diri kita ini adalah biangnya masalah.

Anda merasa tidak ada masalah keluarga?

Jangan senang dulu. Merasa tak ada masalah keluarga boleh boleh saja. Tapi ini ada kabar buruk buat anda. 

Bila kondisi seperti itu yang anda rasakan, bukan berarti anda adalah seorang yang sempurna. Anda tetap hanya seorang manusia biasa - biang masalah. 

Masalah keluarga akan selalu ada, hanya kadang tidak anda rasakan. 

Apakah anda yakin benar sudah hapal sifat serta karakteristik setiap orang disekitar anda? Sehingga anda berani mengklaim tidak mempunyai masalah keluarga. 

Ingat kata kata ini, masalah itu tak nampak karena memang belum terlihat. Bukannya tidak ada. Gesekan antara satu orang dengan orang lainnya pasti selalu ada. Tubrukan kepentingan pasti akan selalu terjadi. 

Lantas kenapa tidak ada letupan masalah dalam keluarga anda?

Kemungkinan terbesarnya adalah, orang orang disekitar anda telah mahfum dengan tabiat anda. Sehingga sangat bisa jadi, mereka malas untuk mengangkat masalah tersebut ke permukaan. Dan lebih memilih untuk diam - bahkan mungkin mulai menjaga jarak. Ada kemungkinan lain yang lebih bahaya, yaitu orang orang disekitar anda berusaha menahan diri, alias ngempet kata orang jawa - ini bom waktu! Bisa meletus kapan saja.

Jadi melalui tulisan ini, saya ingin mengajak. Mari kita sama sama introspeksi diri. Kita hanyalah manusia biasa. Dan kita adalah biang masalah. 

Itulah mengapa selalu saja terjadi atau minimal ada yang namanya masalah keluarga. Ini adalah hal paling mendasar dari keberadaan kita sebagai manusia biasa - penyuguh masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENTING! Mohon komentar ditulis dengan bahasa yang baku dan tidak disingkat singkat. Komentar saya moderasi untuk menghindari spam. Komentar yang akan dimunculkan adalah yang sesuai dengan isi artikel. Terima kasih atas pengertiannya dan harap dimaklumi.

Tentang Saya


Saya biasa dipanggil Fajar. Tinggal di Surabaya dengan dua orang anak dan istri tercinta. Sepanjang perjalanan hidup saya hingga saat ini, telah banyak hal saya alami. Baik itu yang menyenangkan maupun yang relatif bukan termasuk hal menyenangkan. Dengan menulis disini, saya berharap bisa berbagi dan memberi inspirasi bagi orang banyak. Terima kasih bagi pengunjung yang telah sudi singgah di blog ini.